“ dan (ingatlah),
ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan
Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)", ( Qs. Al-A’rof 172
)
Ingatkah kita bahwa
dahulu kala kita telah memberikan kesaksian kepada Alloh bahwa Alloh adalah
pencipta kita sehingga kita tidak akan menyekutukan Alloh dengan yang lainya ?,
jika kita tak lagi ingat maka ayat ini Alloh sampaikan kepada kita akan
kesaksian tersebut supaya kita kembali tersadar dari kealpaan kita dan supaya
kita tidak merugi dikemudian hari.
WAKTU ITU KITA MASIH
BERUPA RUH
Meskipun para ulama’
berbeda pendapat dalam menafsirkan kapan pengambilan sumpah itu terjadi, namun semuanya
berkesimpulan bahwa kejadian itu terjadi sewaktu diri kita masih berwujud ruh,
ruh kita diambil kesaksian oleh Alloh Ta’ala disumpah bahwa kita tidak akan
menyekutukan Alloh, dan kita pun telah menyatakan sumpah kita kepada Alloh,
sumpah kita ini dipegang dan dijaga oleh Alloh Ta’ala sampai kita membuka mata
untuk pertama kalinya setelah ibu kita berjuang untuk melahirkan kita, kemudian
lingkungan sekitar kitalah yang sering mengundang kita untuk melalaikan sumpah
kita tersebut, hal ini sebagaimana diungkapkan oleh rosululloh sholallohu
‘alaihi wasalam dalah sabdanya :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ،
أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ، أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ
يُمَجِّسَانِهِ
“ setiap bayi
dilahirkan dalam keadaan fitroh ( bertauhid ), maka kedua orang tuanyalah yang
menjadikan ia yahudi atau nasrani atau majusi “ ( HR. Ahmad musnad juz 12 hal
104 )
Selain lingkungan,
setan juga mempunyai peranan penting untuk melalaikan kita dari sumpah
tersebut, setan tidak henti-hentinya menggelincirkan kita dari fitroh kita,
sebagaimana firman Alloh dalam hadits qudsi :
وَإِنِّي خَلَقْتُ
عِبَادِي حُنَفَاءَ كُلَّهُمْ ، وَإِنَّ الشَّيَاطِينَ أَتَتْهُمْ فَاجْتَالَتْهُمْ
عَنْ دينهم
“ Aku ciptakan
hamba-hambaku dalam keadaan lurus bersih maka setanlah yang memalingkan mereka
“ ( HR. Muslimshohih muslim juz 8 hal. 158 dan Ahmad musnad juz 4 hal.162 )
MENEMUKAN KEMBALI
SUMPAH YANG TERLUPAKAN
Syaikh Sholih Al-Fauzan
menyebutkan bahwa tauhid mengakui Rububiyah Alloh adalah fitroh asli manusia
dan syirik merupakan perkara yang datang dikemudian, hal ini telah diterangkan
oleh dua hadits di atas, maka bagi mereka yang telah terlampau jauh dilupakan
oleh lingkungan dan setan ada baiknya berhenti sejenak untuk merenung dan
memikirkan kebesaran Alloh Ta’ala yang terbentang luas di muka bumi, keberadaan
alam semesta dan keteraturanya merupakan tanda kebesaran Alloh yang nyata,
ketidak mampuan diri kita dalam menahan taqdir juga merupakan hal yang meski
kita fikirkan, ketergantungan kita akan karunia Alloh menjadi bukti nyata bahwa
memang kita tidak bisa hidup tanpa pertolongan Alloh, terlebih ketika kita
dalam keadaan sempit, terhimpit persoalan yang berat, dan kita hampir putus asa
namun tiba-tiba pertolongan Alloh datang tanpa disangka-sangka, renungkanlah
semuanya maka kita akan menemukan sumpah kita yang hilang ditelan nafsu kita
untuk menghias bumi yang sebenarnya kita tidak ada kepentingan untuk itu.
JANGAN MELANGGAR SUMPAH
Cukuplah sesorang
divonis telah melanggar sumpahnya kepada Alloh apabila ia berbuat syirik,
syirik sendiri maknanya adalah menyamakan Alloh dengan selain Alloh dalam
hal-hal yang itu merupakan hak preogratif Alloh, maka syirik ini bisa terjadi
dalam bebarapa kasus diantaranya :
1.
Syirik dalam
niyat dan tujuan
Dimana
seseorang mempunyai tujuan hidup atau tujuan amalan kepada selain Alloh,
semisal seseorang yang melakukan ibadah haji untuk mencari kekayaan, melakukan
sholat untuk mengambil simpati dan lain sebagainya dimana ia beribadah dengan
niat untuk selain Alloh
2.
Syirik keta’atan
yaitu
ketika seseorang memiliki keta’atan kepada selain Alloh sama nilainya dengan
keta’atan kepada Alloh, misalnya ta’at kepada perintah manusia atau jin dalam
melakukan ritual-ritual yang bertentangan dengan syari’at tanpa dilandasi hati
yang menentang.
3.
Syirik dalam
kecintaan
Sesorang
bisa terjerumus kedalam syirik kecintaan apabila ia mempunya kecintaan kepada
selain Alloh sama besar cintanya kepada Alloh, misalnya orang yang sangat
mencintai keluarganya sehingga ia sering meninggalkan kewajibanya kepada Alloh
demi kecintaanya kepada keluarga.
4.
Syirik dalam
bedo’a
Cukuplah
seseorang dikategorikan berbuat syirik dalam berdo’a apabila ia menjadikan
benda atau orang yang telah meninggal sebagai perantara do’anya, hal ini
sebagimana disebutkan oleh Alloh Ta’ala dalam Al-Qur’an :
“
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). dan
orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak
menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan
sedekat- dekatnya". Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka
tentang apa yang mereka berselisih padanya. Sesungguhnya Allah tidak menunjuki
orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar.” ( Qs. Az-Zumar 3 )
Sebagaimana
kita ketahui bahwa yang dijadikan pelindung dan perantara berdo’a pada waktu
itu diantaranya adalah latta, uzza dan manat.
Pembaca yang dirohmati
Alloh, mari kita penuhi sumpah kita kepada Alloh untuk tidak menyekutukan-Nya
dengan apapun jua, mudah-mudahan kita tidak termasuk orang-orang yang akan
menyesal dikemudian hari ketika Alloh menagih sumpah kita, disaat kita tidak
lagi memiliki apa-apa selain penyesalan, semoga Alloh mengukuhkan ima kita
sampai ajal menyapa. Amien
Daftar pustaka :
1.
Kitab tauhid
Syaikh Sholih Al-Fauzan
2.
Tahdzib Syarh
At-Tohawiyah Al-Imam Ali bin Abil Izz Al-Hanafi
3.
Al-Qur’anul-karim
4.
Kitab hadits
digital
Tidak ada komentar:
Posting Komentar