ISLAM Tak Sekedar Status !!
PENGERTIAN ISLAM
1.
Secara
bahasa islam bermakna menyerah diri, tunduk, patuh, dan pasrah.
2.
Adapun
secara syar’i,
ada dua makna di tinjau dari penyebutannya:
Pertama: Jika penyebutan islam tanpa disertai dengan penyebutan iman, maka
maksudnya adalah ad dien(agama)
secara sempurna, ushul (dasar) dan furu’nya(cabang) baik
keyakinan secara perkataan maupun perbuatan, sebagaimana firmah Allah:
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah islam. (Ali Imron: 19)
“Dan aku telah ridha islam sebagai agamamu”. (Al Maidah: 3)
“Dan barang siapa mencari agama selain islam, dia tidak akan
diterima”. (Ali Imron: 85)
“Wahai orang-orang mukmin! Masuklah agama islam
secara keseluruhan”. (Al Baqoroh: 208)
Maksud dari secara keseluruhan adalah keseluruhan dalam masalah
syari’atnya.
Dan juga sabda Rasulullah:
“Jika sesorang hamba beragama islam, kemudian ia menjalankan
keislamnya tersebut dengan baik maka Allah menuliskan baginya segala
kebaikan yang telah ia perbuat serta dihapuskan darinya semua kesalahan yang
telah ia perbuat pula. (HR.AnNasa’i, Hadit hasan)
Dan perlu diketahui bahwa ketundukan secara dhahir tanpa didasari dengan keimanan
maka hal ini tidak menjadikan keislaman seseorang menjadi baik, melainkan
sebuah kemunafikan.Jika demikian, Bagaimana mungkin dituliskan baginya
kebaikan-kebaikan dari keislamannya dan dihapuskannya kejelekan darinya?
Terus bagaimana dengan
realita zaman sekarang, banyak sekali orang yang mengaku dirinya beragama islam
akan tetapi kepribadiannya, tingkah lakunya jauh sekali dari norma-norma islam.
Terus pantaskah orang tersebut disebut dengan sebutan “Muslim” ?
Kedua:Jika
islam disebutkan dengan adanya sebuah keyakinan (dengan penyebutan iman) maka
ia kadang bermakna amal dan perbuatan secara dhahir. Sebagaimana firman Allah:
“Orang orang Arab Badui berkata,”Kami telah beriman.”Katakanlah
(kepada mereka) “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (islam) karena
iman belum masuk kedalam hatimu. (Al Hujurat: 14)
Dan juga sabda Rasulullah ketika Sa’ad
berkata kepada beliau,”Ya Rasulullah ada apa anda dengan sifulan, sungguh
menurut saya ia adalah orang yang beriman, maka Rasulullah sabda,”atau ia
adalah seorang muslim. (HR. Al Bukhori)
Maksud dari hadits di atas adalah
sesungguhnya engkau tidak mengetahui keimanan seseorang melainkan yang engkau
tahu tentang dia adalah keislamannya dari perbuatan secara dhahir.
Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh an
Nasa’i
menyebutkan:”Jangan engkau katakan pada seseorang ia adalah orang yang
beriman akan tetapi katakanlah engkau adalah seorang muslim”.
Dan
masih banyak lagi hadits maupun ayat yang menerangkan akan hal ini. Jadi
jelaslah bagi kita, seseorang dikatakan seorang muslim ketika seseorang
tersebut mengerjakan ajaran-ajaran islam. Di zaman sekarang banyak sekali orang
menganut agama islam. Akan tetapi, berapa banyakkah orang islam yang secara
sempurna melaksanakan ajaran-ajaran islam ? Apakah kita masih ragu-ragu dengan
agama islam ? Allah hanya
meridhai dien Islam, bukan selainnya. Sebagaimana yang Dia firmankan:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ
وَمَااخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ
الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَاتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ
سَرِيعُ الْحِسَابِ {19}
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah
Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah
datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara
mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah
sangat cepat hisab-Nya.
[QS. Ali Imran (3):19]
Adalah sebuah pengkabaran
dari Allah, bahwa dien yang diterima di sisi-Nya hanyalah Islam. Yaitu dengan
mengikuti para Rasul yang Allah utus pada setiap masanya, hingga penutup mereka
yaitu
Nabi Muhammad yang
telah mengumpulkan dan menyempurnakan syari’at mereka.
Siapa saja yang berjumpa
dengan Allah, dengan membawa dien selain Islam -padahal Rasul Muhammad telah
diutus-, maka ia tidak diterima. Hal tersebut sebagaimana yang telah Allah
firmankan :“Barangsiapa
yang mencari dien selain Islam, niscaya ia tidak akan diterima. Dan di Akhirat
kelak, ia termasuk orang-orang merugi.” [QS. Ali Imran (3): 85]
Pokok ajaran Islam adalah
sama dengan agama-agama lainnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh Allah dalam banyak ayat-Nya, diantaranya:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي
إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ {25}
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan
Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian ” [QS. Al-Ambiya’ (21):25]
Islam
adalah agama yang telah ridhoi dan
karena Allah mengutus para Rasul yang mengajarkan ketundukan dan pasrah
hanya kepada-Nya yang terhujam di dalam hati. Yaitu berupa ketundukan hanya
beribadah kepada-Nya. Dan barang siapa yang masih beribadah kepada selain-Nya
berarti bukan termasuk tunduk. Dan jika disertai kesombongan ia belum
dikategorikan muslim. Ini adalah menurut ahli bahasa. Sesungguhnya islam
mencakup amal baik hati ataupun jawarih.
Sedangkan iman aslinya adalah
membenarkan, mengakui dan mengetahui. Dan ini adalah lebih sepesifik pada ucapan hati yang mencakup juga amalan
hati. Pangkalnya adalah tasdiq dan amal
mengiringinya. Hal ini sebagaimana yang ditafsirkan oleh Rasulullah Shollallahu
'alaihi wasallam bahwa iman adalah
tasdiq dalam hati dan ketundukan, seperti : iman kepada Allah, Malaikat, Kitab
dan Rasul. Sedangkan islam adalah sebuah ketundukkan yang sifatnya khusus,
yaitu yang di bangun di atas lima perkara.
Jadi kesimpulannya bahwa iman adalah
tasdiq hati dengan disertai
ketundukannya. Adapun islam adalah ketundukkan secara dhohir yang
sempurna. Sebagaimana sabda Rasul :
الاءسلام
علانية وللإيمان في القلب
Artinya,
“Islam bersifat nyata, sedangkan iman
itu di dalam hati.” (HR. Ahmad)
Dan
sesuatu yang kembalinya kepada tasdiq serta ketundukkan hati adalah lebih tinggi kedudukannya dari
pada hanya sekedar ketundukkan dhohir.
Sesungguhnya amalan dhohir
manusia bisa melihatnya akan tetapi amalan bathin seperti takut dan harap
adalah tersembunyi. Akan tetapi memiliki sebuah tuntutan yang harus dipenuhi.
Dan terealisasinya tuntutan ini adalah bukti akan eksistenti kerberadaanya.
Telah kita ketahui segala sesuatu tak akan tegak tanpa pondasi (dasar).
Pohon tak akan berdiri tanpa akar, rumah tak akan berdiri tanpa pondasi, begitu
juga islam tak akan tegak tanpa pondasi. Islam tegak di atas dasar yang disebut
dengan rukun islam. Rukun islam ada lima yaitu, dua kalimat syahadat,
menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan
menunaikan haji jika telah mampu. Dasar rukun islam ini adalah sabda
Rasulullah:
“Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu bersaksi bahwa tidak ada
ilah yang berkah disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah,
mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji kebaitullah, dan
melaksanakan shaum Ramadhan.(HR. Bukhari)
Dalam
hadits ini Rasulullah menyerupakan islam dengan sebuah bangunan yang terdiri
dari lima pondasi utama. Rukun secara bahasa adalah suatu hal yang terkuat,
yang sesuai dengan hal yang dikaitkan dengannya, misalkan ruknul bina’
(tiang/pondasi), ruknul qoum (kepala suku), dan lain sebagainya. Adapun
rukun islam di bagi menjadi dua bentuk: qouliyah dan amaliyah, ada pun
rukun yang bersifat qouliyah adalah dua kalimat syahadat, sedang rukun
yang bersifat amaliyah adalah selain dari pada syahadatain. Dan rukun
yang bersifat amaliyah dibagi lagi menjadi tiga bentuk: badaniyah yaitu
shalat dan shoum, maliyah yaitu zakat, dan badaniyah dan maliyah
yaitu haji, sedang perkataan hati dan amalannya merupakan syarat dari semua
amalan tersebut.
Para ulama sepakat bahwa orang yang tidak bersyahadat (jika mampu) maka ia kafir. Akan tetapi ulama berselisih tentang meninggalkan yang empat perkara (shalat zakat,haji, dan shoum).
Para ulama sepakat bahwa orang yang tidak bersyahadat (jika mampu) maka ia kafir. Akan tetapi ulama berselisih tentang meninggalkan yang empat perkara (shalat zakat,haji, dan shoum).
1.
Dalam salah satu riwayat dari
Ahmad disebutkan, “Orang yang meninggalkan salah satunya saja maka sudah kafir.” Ini juga pendapat yang
dipilih oleh Abu Bakar bin Arabi, salah satu ulama Malikiyah and sekelompok
dari sahabat Malik seperti Hubaib.
2.
Dari Ahmad juga, “Tidak kafir,
kecuali jika meninggalkan shalat dan zakat saja.”
3.
Tidak kafir, kecuali meninggalkan
shalat saja dan bagi orang yang meninggalkan zakat, maka tugas imam untuk
memeranginya.
Al-Hakim
bin Utaibah (tabi’in) berkata, “Barang siapa meninggalkan shalat secara
sengaja maka telah kafir, dan barang siapa meninggalkan zakat secara sengaja
maka telah kafir, begitu pula haji dan shaum.”
Adh-Dahhak berkata, “Shalat tidak
diangkat (diterima) kecuali dengan menunaikan zakat.”
Abdullah bin Mas’ud berkata, “Barang
siapa yang melaksanakan shalat dan tidak membayar zakat, maka tidak ada shalat
baginya”
Jadi dari pemaparan para salaf
di atas lebih condong bahwa barang siapa meninggalkan empat pilar ini baik
seluruhnya atau sebagain saja telah kafir. Wallahu a’lam bish showab.
Referensi :
- Al-Qur’anul Karim
- Al-Hadist
- Imam
Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adzim, Al Maktabah Al Ashriyah Beirut.
Cet.3 tahun 2000 M/ 1420 H.
- Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (751 H), Hidayatul hiyara fii
Ajwibati al-Yahudi wa an-Nashara, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, tahun 1404
H/1983 M.
-
Al Iman Ibnu Taimiyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar