Tak ada kata terlambat tuk menjadi yang lebih baek.. Diberdayakan oleh Blogger.
???? ? ???? ? ????? ???????

Translate

Senin, 11 Juni 2012

ISLAM Tak Sekedar Status !!


ISLAM Tak Sekedar Status !!

PENGERTIAN ISLAM
1.      Secara bahasa islam bermakna menyerah diri, tunduk, patuh, dan pasrah.
2.      Adapun secara syar’i, ada dua makna di tinjau dari penyebutannya:
Pertama: Jika penyebutan islam tanpa disertai dengan penyebutan iman, maka maksudnya adalah ad dien(agama) secara sempurna, ushul (dasar) dan furu’nya(cabang) baik keyakinan secara perkataan maupun perbuatan, sebagaimana firmah Allah:
“Sesungguhnya agama di sisi Allah ialah islam. (Ali Imron: 19)
Dan aku telah ridha islam sebagai agamamu”. (Al Maidah: 3)
Dan barang siapa mencari agama selain islam, dia tidak akan diterima”. (Ali Imron: 85)
Wahai orang-orang mukmin! Masuklah agama islam secara keseluruhan”. (Al Baqoroh: 208)
Maksud dari secara keseluruhan adalah keseluruhan dalam masalah syari’atnya.
Dan juga sabda Rasulullah:
Jika sesorang hamba beragama islam, kemudian ia menjalankan keislamnya tersebut dengan baik maka Allah menuliskan baginya segala kebaikan yang telah ia perbuat serta dihapuskan darinya semua kesalahan yang telah ia perbuat pula. (HR.AnNasa’i, Hadit hasan)
Dan perlu diketahui bahwa ketundukan  secara dhahir tanpa didasari dengan keimanan maka hal ini tidak menjadikan keislaman seseorang menjadi baik, melainkan sebuah kemunafikan.Jika demikian, Bagaimana mungkin dituliskan baginya kebaikan-kebaikan dari keislamannya dan dihapuskannya kejelekan darinya?

Terus bagaimana dengan realita zaman sekarang, banyak sekali orang yang mengaku dirinya beragama islam akan tetapi kepribadiannya, tingkah lakunya jauh sekali dari norma-norma islam. Terus pantaskah orang tersebut disebut dengan sebutan “Muslim” ?
Kedua:Jika islam disebutkan dengan adanya sebuah keyakinan (dengan penyebutan iman) maka ia kadang bermakna amal dan perbuatan secara dhahir. Sebagaimana firman Allah:
Orang orang Arab Badui berkata,”Kami telah beriman.”Katakanlah (kepada mereka) “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘Kami telah tunduk (islam) karena iman belum masuk kedalam hatimu. (Al Hujurat: 14)
Dan juga sabda Rasulullah ketika Sa’ad berkata kepada beliau,”Ya Rasulullah ada apa anda dengan sifulan, sungguh menurut saya ia adalah orang yang beriman, maka Rasulullah sabda,”atau ia adalah seorang muslim. (HR. Al Bukhori)
Maksud dari hadits di atas adalah sesungguhnya engkau tidak mengetahui keimanan seseorang melainkan yang engkau tahu tentang dia adalah keislamannya dari perbuatan secara dhahir.
Dan dalam hadits yang diriwayatkan oleh an Nasa’i menyebutkan:”Jangan engkau katakan pada seseorang ia adalah orang yang beriman akan tetapi katakanlah engkau adalah seorang muslim”.
Dan masih banyak lagi hadits maupun ayat yang menerangkan akan hal ini. Jadi jelaslah bagi kita, seseorang dikatakan seorang muslim ketika seseorang tersebut mengerjakan ajaran-ajaran islam. Di zaman sekarang banyak sekali orang menganut agama islam. Akan tetapi, berapa banyakkah orang islam yang secara sempurna melaksanakan ajaran-ajaran islam ? Apakah kita masih ragu-ragu dengan agama islam ? Allah hanya meridhai dien Islam, bukan selainnya. Sebagaimana yang Dia firmankan:
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللهِ اْلإِسْلاَمُ وَمَااخْتَلَفَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلاَّ مِن بَعْدِ مَاجَآءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ وَمَن يَكْفُرْ بِئَايَاتِ اللهِ فَإِنَّ اللهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ {19}
“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al-Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya. [QS. Ali Imran (3):19]
Adalah sebuah pengkabaran dari Allah, bahwa dien yang diterima di sisi-Nya hanyalah Islam. Yaitu dengan mengikuti para Rasul yang Allah utus pada setiap masanya, hingga penutup mereka yaitu Nabi Muhammad yang telah mengumpulkan dan menyempurnakan syariat mereka.
Siapa saja yang berjumpa dengan Allah, dengan membawa dien selain Islam -padahal Rasul Muhammad  telah diutus-, maka ia tidak diterima. Hal tersebut sebagaimana yang telah Allah firmankan :“Barangsiapa yang mencari dien selain Islam, niscaya ia tidak akan diterima. Dan di Akhirat kelak, ia termasuk orang-orang merugi.” [QS. Ali Imran (3): 85]
Pokok ajaran Islam adalah sama dengan agama-agama lainnya. Hal tersebut ditunjukkan oleh Allah  dalam banyak ayat-Nya, diantaranya:
وَمَآأَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّنُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لآ إِلَهَ إِلآ أَنَا فَاعْبُدُونِ {25}
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah(yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian ” [QS. Al-Ambiya (21):25]
Islam adalah agama yang telah ridhoi dan  karena Allah mengutus para Rasul yang mengajarkan ketundukan dan pasrah hanya kepada-Nya yang terhujam di dalam hati. Yaitu berupa ketundukan hanya beribadah kepada-Nya. Dan barang siapa yang masih beribadah kepada selain-Nya berarti bukan termasuk tunduk. Dan jika disertai kesombongan ia belum dikategorikan muslim. Ini adalah menurut ahli bahasa. Sesungguhnya islam mencakup amal baik hati ataupun jawarih.
            Sedangkan iman aslinya adalah membenarkan, mengakui dan mengetahui. Dan ini adalah lebih sepesifik  pada ucapan hati yang mencakup juga amalan hati.  Pangkalnya adalah tasdiq dan amal mengiringinya. Hal ini sebagaimana yang ditafsirkan oleh Rasulullah Shollallahu 'alaihi wasallam  bahwa iman adalah tasdiq dalam hati dan ketundukan, seperti : iman kepada Allah, Malaikat, Kitab dan Rasul. Sedangkan islam adalah sebuah ketundukkan yang sifatnya khusus, yaitu yang di bangun di atas lima perkara.
            Jadi kesimpulannya bahwa iman adalah tasdiq hati dengan disertai  ketundukannya. Adapun islam adalah ketundukkan secara dhohir yang sempurna. Sebagaimana sabda Rasul :

الاءسلام علانية وللإيمان في القلب
Artinya, “Islam bersifat nyata, sedangkan  iman itu di dalam hati.” (HR. Ahmad)
Dan sesuatu yang kembalinya kepada tasdiq serta ketundukkan  hati adalah lebih tinggi kedudukannya dari pada hanya sekedar ketundukkan dhohir. 
            Sesungguhnya amalan dhohir manusia bisa melihatnya akan tetapi amalan bathin seperti takut dan harap adalah tersembunyi. Akan tetapi memiliki sebuah tuntutan yang harus dipenuhi. Dan terealisasinya tuntutan ini adalah bukti akan eksistenti kerberadaanya.
Telah kita ketahui segala sesuatu tak akan tegak tanpa pondasi (dasar). Pohon tak akan berdiri tanpa akar, rumah tak akan berdiri tanpa pondasi, begitu juga islam tak akan tegak tanpa pondasi. Islam tegak di atas dasar yang disebut dengan rukun islam. Rukun islam ada lima yaitu, dua kalimat syahadat, menegakkan shalat, menunaikan zakat, melaksanakan shaum Ramadhan, dan menunaikan haji jika telah mampu. Dasar rukun islam ini adalah sabda Rasulullah:
“Islam dibangun di atas lima dasar, yaitu bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berkah disembah selain Allah dan bahwa Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, menunaikan haji kebaitullah, dan melaksanakan shaum Ramadhan.(HR. Bukhari)
Dalam hadits ini Rasulullah menyerupakan islam dengan sebuah bangunan yang terdiri dari lima pondasi utama. Rukun secara bahasa adalah suatu hal yang terkuat, yang sesuai dengan hal yang dikaitkan dengannya, misalkan ruknul bina’ (tiang/pondasi), ruknul qoum (kepala suku), dan lain sebagainya. Adapun rukun islam di bagi menjadi dua bentuk: qouliyah dan amaliyah, ada pun rukun yang bersifat qouliyah adalah dua kalimat syahadat, sedang rukun yang bersifat amaliyah adalah selain dari pada syahadatain. Dan rukun yang bersifat amaliyah dibagi lagi menjadi tiga bentuk: badaniyah yaitu shalat dan shoum, maliyah yaitu zakat, dan badaniyah dan maliyah yaitu haji, sedang perkataan hati dan amalannya merupakan syarat dari semua amalan tersebut.
            Para ulama sepakat bahwa orang yang tidak bersyahadat (jika mampu) maka ia kafir. Akan tetapi ulama berselisih tentang meninggalkan yang empat perkara (shalat zakat,haji, dan shoum).
1.      Dalam salah satu riwayat dari Ahmad disebutkan, “Orang yang meninggalkan salah satunya saja  maka sudah kafir.” Ini juga pendapat yang dipilih oleh Abu Bakar bin Arabi, salah satu ulama Malikiyah and sekelompok dari sahabat Malik seperti Hubaib.
2.      Dari Ahmad juga, “Tidak kafir, kecuali jika meninggalkan shalat dan zakat saja.”
3.      Tidak kafir, kecuali meninggalkan shalat saja dan bagi orang yang meninggalkan zakat, maka tugas imam untuk memeranginya.
Al-Hakim bin Utaibah (tabi’in) berkata, “Barang siapa meninggalkan shalat secara sengaja maka telah kafir, dan barang siapa meninggalkan zakat secara sengaja maka telah kafir, begitu pula haji dan shaum.
            Adh-Dahhak berkata, “Shalat tidak diangkat (diterima) kecuali dengan menunaikan zakat.”
            Abdullah bin Mas’ud berkata, “Barang siapa yang melaksanakan shalat dan tidak membayar zakat, maka tidak ada shalat baginya
            Jadi dari pemaparan para salaf di atas lebih condong bahwa barang siapa meninggalkan empat pilar ini baik seluruhnya atau sebagain saja telah kafir. Wallahu a’lam bish showab.
Referensi :
-       Al-Qur’anul Karim
-       Al-Hadist
-       Imam Ibnu Katsir, Tafsir Al Qur’an Al Adzim, Al Maktabah Al Ashriyah Beirut. Cet.3 tahun 2000 M/ 1420 H.
-       Ibnu Qayyim al-Jauziyyah (751 H), Hidayatul hiyara fii Ajwibati al-Yahudi wa an-Nashara, Maktabah al-Ma’arif, Riyadh, tahun 1404 H/1983 M.
-       Al Iman Ibnu Taimiyah





Tidak ada komentar:

Posting Komentar